Jumat, 30 November 2012

kertas kosong

Aku membaca sajak-sajak kosong, ku terjemahkan menjadi abu....
Aku menulis dengan tinta angin, yang terbaca hanya bayang-bayang 

Aku membaca puisi-puisi malam, tiap baitnya berjeruji.....


Aku masih bersajak kosong, sejak saat tak beranjak.....


Aku membaca kertas kosong....

hijau

Dahulu, kita hijau.
Kita bermakna.
Kita kuasa.
Kita semesta.
Kita udara.

Dahulu, kita hijau.
Kita terlalu naif
Kita terlalu innocent
Kita terlalu
Tapi berlalu

Dahulu, aku hijau
Kau mengubahnya menjadi jingga
Sendu...

Dahulu, aku hijau
Waktu mengubahnya menjadi biru
Pilu....

Dahulu.....
Sudahlah


Sekarang biarkan sisa-sisa hijau menjadi ranum... Yang kau petik di kala semi...,

Angka

Angka-angka
menari di atas kertas kepastian
terlalu tegas untuk sebuah kemungkinan

apa kinerja bisa dinilai dengan sebuah angka ?
kenapa seperti ada jeda
jeda pembeda antara yang pasti dengan sebuah peluang

seperti sebuah kenyataan yang meruntuhkan pengharapan
seperti tak terlewatkan
seperti suatu keyakinan
seperti tak terbantahkan
seperti mengetahui

angka-angka beriak tak pasti
tersapu gelombang imaji
membatasi peluang
tak memberi kesempatan untuk tetap diam


kenapa terus menari-nari
tak pernah diam
seolah merayakan kebodohan
atas sesuatu yang pasti